Makna "Lakanūd" dalam Surah Al-‘Adiyat: Pelajaran Besar tentang Syukur dan Kesetiaan

SINJAI, sinjai.wahdah.or.id — Allah Ta'ala berfirman dalam Surah Al-‘Adiyat ayat 6:

"إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ"
"Sungguh, manusia itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-‘Adiyat: 6)

Dalam ayat ini, Allah menyifati manusia dengan istilah لَكَنُودٌ (lakanūd), yaitu makhluk yang sangat ingkar, tidak bersyukur, dan tidak menghargai nikmat Tuhannya. Padahal, nikmat yang diberikan Allah kepada manusia begitu banyak dan tidak terhitung.

Para ulama memberikan penjelasan yang mendalam tentang hubungan antara gambaran kuda perang pada awal surah dengan sifat manusia yang ingkar pada ayat-ayat selanjutnya. Di antaranya sebagai berikut:

1. Ketaatan Kuda Perang vs. Keingkaran Manusia

Pada ayat-ayat awal Surah Al-‘Adiyat, Allah menggambarkan kuda perang yang berlari kencang, memercikkan api dari tapaknya, dan menyerbu musuh dengan gagah berani atas perintah tuannya. Kuda-kuda ini menunjukkan loyalitas, keberanian, dan pengorbanan total tanpa keluh kesah.

Sebaliknya, manusia — meski diberi akal dan segala kemuliaan — justru sering ingkar kepada Rabb-nya. Mereka melupakan nikmat dan tidak menunjukkan ketaatan sebagaimana mestinya. Ini menunjukkan kontras tajam: hewan tanpa akal mampu setia, sedangkan manusia yang berakal sering ingkar.

2. Perumpamaan Semangat dan Pengorbanan

Kuda perang menjadi simbol semangat juang, dedikasi, dan keberanian. Semangat inilah yang seharusnya diteladani manusia dalam ketaatan kepada Allah. Namun sayangnya, banyak manusia yang justru lebih malas, egois, dan jauh dari semangat berkorban di jalan kebaikan.

Allah mengingatkan dalam ayat lain:

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah." (QS. Al-Ma'arij: 19)

3. Peringatan tentang Kiamat

Sebagian ulama menafsirkan bahwa kecepatan kuda dalam berlari menyerupai kecepatan datangnya hari Kiamat. Gambaran ini mengajak manusia untuk sadar: waktu terus berjalan, dan hari pembalasan akan datang dengan tiba-tiba. Sayangnya, banyak manusia lalai dan tidak bersiap diri.

4. Sindiran bagi Masyarakat Arab

Dalam konteks masyarakat Arab yang sangat akrab dengan kuda dan peperangan, Allah menggunakan gambaran ini untuk menggugah mereka. Jika kuda yang mereka pelihara bisa begitu taat, mengapa mereka sendiri ingkar kepada Sang Pencipta?


Keutamaan Kuda dalam Islam

Dalam beberapa hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan keutamaan kuda, terutama yang digunakan untuk jihad di jalan Allah:

1. Keberkahan Terikat pada Ubun-Ubun Kuda

Rasulullah bersabda:

"Keberkahan itu terikat pada ubun-ubun kuda (yang dipelihara untuk berjihad) sampai hari kiamat."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa memiliki dan merawat kuda untuk tujuan membela agama adalah amal yang penuh keberkahan.

2. Anjuran Memelihara Kuda dan Melatih Keterampilan Berkuda

Nabi bersabda:

"Jagalah kuda, bersainglah di atasnya, dan ajarkanlah anak-anak kalian memanah dan berkuda."
(HR. Al-Bukhari)

Mengajarkan berkuda kepada generasi muda bukan hanya sekadar keterampilan, tetapi juga bagian dari membangun kekuatan umat Islam.

3. Pahala Memelihara Kuda karena Iman

Rasulullah bersabda:

"Barang siapa yang memelihara kuda karena iman kepada Allah dan untuk membela agama-Nya, maka kuda itu akan menjadi sumber pahala baginya secara terus-menerus."
(HR. Al-Bukhari)


Hikmah Besar dari Kuda dan Manusia

Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari perbandingan antara kuda perang dan manusia:

  • Kuda sebagai Simbol Semangat: Kekuatan, kecepatan, dan dedikasi kuda mengajarkan manusia untuk bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah.

  • Pengorbanan Tanpa Pamrih: Kuda yang tanpa akal rela berkorban, menjadi cermin agar manusia bersedia berkorban demi meraih ridha Allah.

  • Kesabaran dan Ketekunan: Seperti kuda yang terus berlari, manusia pun dituntut untuk sabar dan tekun dalam meniti jalan kebenaran.

  • Ketaatan Mutlak: Kuda taat kepada penunggangnya, maka sudah semestinya manusia lebih taat kepada Allah, Pencipta seluruh makhluk.

  • Tugas sebagai Khalifah: Manusia memiliki tugas mulia sebagai khalifah di muka bumi, tugas yang menuntut kesungguhan, kesabaran, dan ketaatan.


Penutup

Surah Al-‘Adiyat dan makna "لَكَنُودٌ" mengajarkan kita tentang betapa pentingnya mensyukuri nikmat Allah, menjaga kesetiaan kepada-Nya, serta meneladani semangat, pengorbanan, dan ketaatan sebagaimana dicontohkan oleh kuda perang.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang taat, sabar, bersyukur, dan terus berjuang di jalan-Nya.

"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba: 13)

Sumber: Ustaz Dr. Ir. H. Muh. Qasim Saguni, M.A.

Penulis: Ustaz Khair Taslim, S.Si., A.Pt

Editor: Admin MEDIKOM Wahdah Sinjai