Sinjai, sinjai.wahdah.or.id -- Gagasan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tentang program pembinaan remaja melalui pelatihan di barak militer telah menimbulkan perhatian luas dari masyarakat. Dengan melibatkan institusi resmi seperti TNI serta pelibatan orang tua, program ini diharapkan mampu membentuk kedisiplinan, tanggung jawab, dan karakter yang kuat bagi generasi muda.
Sebagai pimpinan lembaga pendidikan Islam di daerah, saya memandang bahwa gagasan ini merupakan cerminan dari keprihatinan bersama atas kondisi remaja hari ini. Di berbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Sinjai, kita menghadapi tantangan serupa: generasi muda yang dihadapkan pada arus informasi tanpa batas, krisis identitas, serta lemahnya pembinaan nilai dan karakter sejak dini.
Konsep pembinaan yang berbasis disiplin militer sebenarnya bukan hal baru dalam dunia pendidikan karakter. Di negara seperti Tiongkok, pendekatan serupa telah diterapkan melalui program wajib militer, yang terbukti mampu membentuk ketangguhan mental dan kedisiplinan tinggi bagi pemudanya. Ini menunjukkan bahwa jika dikelola dengan baik, pendekatan semacam ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pembinaan generasi.
Namun demikian, penting pula untuk mempertimbangkan berbagai pandangan kritis yang muncul. Sejumlah psikolog dan aktivis hak anak menyuarakan kekhawatiran bahwa pendekatan militeristik bisa melanggar hak-hak anak dan gagal menyentuh akar permasalahan remaja, yang kerap berakar pada masalah sosial, keluarga, hingga lingkungan. Hal ini menjadi catatan penting agar program semacam ini tidak hanya keras dalam pendekatan, tetapi juga bijak dalam pelaksanaan.
Jika wacana seperti ini hendak dikaji untuk diterapkan dalam konteks lokal seperti di Sinjai, saya berpendapat bahwa pemerintah daerah perlu tampil sebagai inisiator sekaligus fasilitator. Kolaborasi dengan institusi pendidikan, pesantren, dan elemen masyarakat harus menjadi landasan utama agar pelaksanaannya benar-benar adaptif dan sesuai dengan nilai-nilai lokal.
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Wahdah Islamiyah Sinjai sendiri siap berkolaborasi melalui visi kami: mewujudkan generasi Qur’ani yang religius dan unggul. Kami percaya bahwa pembinaan generasi bukan hanya soal disiplin fisik, tetapi juga pembentukan akhlak, spiritualitas, dan pemahaman nilai yang mendalam.
Akhirnya, setiap upaya yang ditujukan untuk memperbaiki arah pembinaan generasi muda harus dilakukan dengan keseimbangan antara ketegasan dan kasih sayang, antara pendekatan struktural dan pendekatan nilai. Hanya dengan cara itulah kita dapat benar-benar menyiapkan generasi yang siap menyongsong masa depan dengan kepribadian yang utuh dan berdaya saing tinggi.
Oleh: KM. Hamdan Munir
Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Wahdah Islamiyah Sinjai